Saturday, June 16, 2007
Sunday, June 10, 2007
One Earth (Under One Roof)
Sejak revolusi industri tahun 1870-an, kegiatan manusia yang menggunakan bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) terus meningkat. Kegiatan seperti pembangkitan tenaga listrik, kegiatan industri, penggunaan alat-alat elektronik, dan penggunaan kendaraan bermotor pada akhirnya akan melepaskan sejumlah emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Hal ini berakibat pada meningkatnya jumlah gas rumah kaca (GRK) yang berada di atmosfer dan menyebabkan terperangkapnya panas matahari di atmosfer sehingga terjadi pemanasan global. Pemanasan global pada prosesnya akan menyebabkan terjadinya perubahan seperti meningkatnya suhu air laut, yang menyebabkan meningkatnya penguapan di udara, serta berubahnya pola curah hujan. Perubahan-perubahan ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan untuk menyerap radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga menyebabkan suhu di permukaan bumi menjadi hangat. Menurut Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change – UNFCCC), ada 6 jenis gas yang digolongkan sebagai GRK, yaitu: karbondioksida (CO2), dinitro oksida (N2O), metana (CH4), sulfurheksaflorida (SF6), perflorokarbon (PFCs), serta hidroflorokarbon (HFCs).
Gas karbondioksida, dinitro oksida dan metana terutama dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil di sektor energi, transportasi dan industri. Gas metana juga dihasilkan dari kegiatan pertanian dan peternakan. Sementara untuk 3 jenis GRK yang terakhir, sulfurheksaflorida, perflorokarbon dan hidroflorokarbon dihasilkan dari industri pendingin dan penggunaan aerosol.
Meningkatnya bukti ilmiah akan adanya pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan iklim serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan isu lingkungan global, menyebabkan isu perubahan iklim menjadi perhatian dalam agenda politik internasional pada tahun 1980-an. Pada tahun 1988, World Meteorological Organization (WMO) dan United Nations Environment Programme (UNEP) mendirikan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), sebuah lembaga yang terdiri dari para ilmuwan seluruh dunia yang bertugas meneliti fenomena perubahan iklim serta kemungkinan solusi yang harus dilakukan.
Pada tahun 1990, IPCC menghasilkan laporan pertamanya, First Assesment Report, yang menegaskan bahwa perubahan iklim merupakan sebuah ancaman serius bagi seluruh dunia dan untuk itu diperlukan adanya kesepakatan global untuk mengatasi ancaman tersebut. Ini menjadi dasar lahirnya Protokol Kyoto pada tanggal 16 Pebruari 2005 yang kini telah diratifiksai 161 negara. Protokol Kyoto merupakan perjanjian internasional untuk melakukan langkah-langkah nyata dan terukur untuk menangani masalah perubahan iklim yang mungkin merupakan masalah lingkungan hidup terbesar yang tengah dihadapi bumi. Berdasarkan Protokol Kyoto, negara-negara maju yang meratifikasi perjanjian ini wajib menurunkan emisi gas rumah kaca mereka namun dengan kewajiban yang berbeda-beda.
IPCC memprediksikan pada tahun 2100 suhu rata-rata bumi akan meningkat hingga 4°C, dan menurut para ahli hal ini akan menyebabkan kepunahan banyak spesies. Ketika suhu terus meningkat, berbagai spesies dan ekosistem di bumi akan terancam kepunahan, musim semakin tidak pasti, badai semakin besar, ledakan penyakit dipastikan akan meningkat seiring dengan naiknya suhu bumi. Penelitian WWF menunjukkan bahwa 33% habitat di bumi terancam, bahkan beberapa tanaman dan hewan telah menghadapi kepunahan. Beruang kutub misalnya, merupakan salah satu spesies yang terancam jika permukaan es Samudera Artic terus mencair secara drastis.
Keprihatinan terhadap seriusnya masalah global akibat peristiwa pemanasan global direspon dunia internasional dengan menetapkan isu pemanasan global sebagai tema Hari Bumi tahun 2006 hingga tahun 2009.
Laporan terbaru IPCC tertanggal 2 Pebruari 2007 memberikan kemungkinan 90% atau “very likely” bahwa aktivitas manusia merupakan penyebab perubahan iklim. Beberapa penemuan yang tercantum di dalam laporan tersebut antara lain:
- Telah terjadi kenaikan suhu rata-rata sebesar 0,76°C antara periode 1850 – 2005
- 11 dari 12 tahun terakhir (1995-2006) merupakan tahun-tahun dengan rata-rata suhu terpanas sejak dilakukan pengukuran suhu pertama kali pada tahun 1850
- Telah terjadi kenaikan permukaan air laut global rata-rata sebesar 1,8mm per tahun antara periode 1961 – 2003
- Telah terjadi kekeringan yang lebih intensif pada wilayah yang lebih luas sejak tahun 1970an, terutama di daerah tropis dan sub-tropis.
Ini merupakan bukti bahwa sesungguhnya perubahan iklim tengah terjadi saat ini. Meskipun perubahan iklim tidak begitu disadari oleh banyak orang, namun pada generasi mendatang dampak perubahan iklim akan sangat terasa. Pakar lingkungan hidup telah mengumpulkan bukti-bukti ilmiah antara lain bahwa pada Juni 1998 di Tibet terjadi gelombang udara panas dengan temperatur berkisar 25°C selama 23 hari, kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya. Sementara di Kairo pada Agustus 1998 tercatat suhu udara menembus angka 41°C. Pada Agustus 1998 di Sidney Australia terjadi badai besar disertai hujan dengan intensitas 3 kali lebih tinggi dari normal. Sementara di Indonesia, Meksiko dan Spanyol terjadi musim kering berkepanjangan akibat dipicu oleh badai tropis yang berujung pada terbakarnya hutan.
Laporan IPCC juga memberikan proyeksi kondisi di masa depan:
- Diperkirakan terjadi kenaikan suhu antara 1,8°C – 4°C pada tahun 2100
- Diperkirakan terjadi kenaikan permukaan air laut antara 0,18m – 0,59m pada tahun 2100
Proyeksi di atas mempertegas kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem seperti kenaikan intensitas curah hujan yang menyebabkan banjir, musim kemarau yang berkepanjangan yang menyebabkan kekeringan, serta perubahan panjang musim yang berdampak pada kehidupan manusia dan spesies lainnya. Di Indonesia sendiri diprediksikan akan terjadi kenaikan permukaan air laut setinggi 60 cm pada tahun 2070 yang akan menjadi ancaman bagi penduduk di daerah pantai karena tempat tinggal mereka terancam banjir serta penghasilan mereka (sebagai nelayan) terancam oleh perubahan gelombang pasang. Krisis air bersih akan terjadi di perkotaan, khususnya
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Sebagai individu, kita mempunyai kewajiban menekan tingkat emisi GRK yang dilepaskan ke atmosfer, yang dihasilkan dari kegiatan kita. Langkah nyata yang bisa dilakukan adalah:
1. Hemat Listrik. Penggunaan lampu hemat energi serta peralatan elektronik (AC, TV, radio, dan Komputer) seperlunya saja akan mengurangi konsumsi listrik rumah tangga secara signifikan.
2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi agar dapat menurunkan emisi GRK, atau menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.
3. Menanam pohon, karena dapat menyerap emisi GRK.
Posted by wajahtakbernama at 11:26 AM 0 comments
Kebohongan HIV/AIDS, Kegagalan Kondom
Kebohongan Asal Virus HIV/AIDS
Selama ini, buku, artikel, maupun leaflet tentang AIDS menyatakan bahwa virus HIV berasal dari simpanse atau kera dari Afrika. Ternyata semua itu hanyalah propaganda dari pihak-pihak tertentu untuk menutupi fakta yang sebenarnya bahwa penyakit AIDS pertama kali ditemukan pada komunitas homoseksual di San Fransisco, Amerika Serikat tahun 1980.
Kegagalan Kondomisasi di Amerika Serikat
Kenapa dengan kondom?
Kondom masih menularkan HIV/AIDS, karena virus itu bisa menembus pori-pori kondom. Penelitian di Amerika dan Afrika membuktikan hal ini. Di Amerika juga terjadi kegagalan program kondom untuk menanggulangi AIDS karena orang yang memakai kondom masih tertular AIDS. Akhirnya, kondom tak boleh dikampanyekan lagi di Amerika Serikat.
Apa faktanya?
H. Jafe dari Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat atau United State of Disease Control (US CDC) menyatakan bahwa kondomisasi yang dilaksanakan sejak 1982 mengalami kegagalan. Evaluasi yang dilakukan tahun 1995 sangat mengejutkan, ternyata kematian akibat AIDS menduduki peringkat pertama, menggeser penyakit jantung dan kanker di Amerika Serikat.
Mengapa terjadi demikian?
Pertama, kampanye kondom makin mendekatkan orang untuk berbuat zina (seks bebas dan pelacuran), karena merasa aman dari bahaya penyakit kelamin termasuk AIDS. Akibatnya, frekuensi perzinaan bertambah. Dengan kata lain, kampanye kondom menjerumuskan orang pada perzinaan, sehingga resiko tertular AIDS semakin besar.
Kedua, kondom memiliki pori-pori dan cacat mikroskopis (pinholes). Kondom memiliki pori-pori 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang, jika meregang pori-pori akan membesar. Kondom juga memiliki 32.000 cacat mikroskopis dan tingkat kebocoran 30%. Sementara itu, ukuran virus HIV 1/250 mikron. Jauh lebih kecil ketimbang pori-pori kondom. Akibatnya, kondom tak 100% aman untuk mencegah AIDS dan penyakit kelamin lainnya.
Karenanya, pakar AIDS dari Harvard AIDS Institute, Amerika Serikat, J. Mann sejak tahun 1995, tak lagi menganjurkan program kondomisasi. Rekomendasi ini diikuti pakar lainnya dan pemerintah Amerika Serikat hingga sekarang. Ironisnya, di negeri kita justru dikampanyekan.
Cara efektif menanggulangi AIDS?
Pertama, tidak melakukan perzinaan (seks bebas, perselingkuhan, pelacuran, homoseksual, dan penyimpanagn psikoseksual lainnya). Kedua, melakukan transfusi darah dan jarum suntik yang tidak tercemar HIV/AIDS.
Posted by wajahtakbernama at 11:23 AM 0 comments
Sunday, June 3, 2007
The Secret of Universal Language of Babies
Tadi pagi (2/06) aku nonton Oprah (the best figure in talkshow) di salah satu stasiun TV swasta, dan topiknya sangat menarik: The Secret of Universal Language of Babies, alias Rahasia Bahasa Universal Bayi. Ternyata bayi (usia 0 – 3 bulan) memiliki bahasa yang universal dalam mengkomunikasikan keadaan mereka, tak peduli apa warna kulit maupun suku bangsanya. Mereka menggunkan kata-kata tertentu untuk menyatakan apakah mereka lapar, ngantuk, atau minta ganti popok. Kata-kata tersebut adalah:
“neh” : lapar
“owh” : ngantuk
“eir” : minta ganti popok
“eh” : ingin bersendawa, jadi angkat si bayi ke dada dan tepuk-tepuk dengan lembut punggungnya
“heh” : tak nyaman/ discomfort
Rahasia bahasa bayi ini ditemukan oleh seorang warga
Luar biasa….
Posted by wajahtakbernama at 11:43 AM 0 comments
PADI
Aku sedang nonton konser PADI di tv. Salut. Belasan tahun di dunia musik dan mereka tetap seperti dulu. Tetap kompak. Sepi dari gosip. Tak ada tambal sulam personil. Dan mereka betul-betul seperti padi, down to earth. Tidak sombong. Tidak tergoda popularitas. Lirik yang ditawarkan tetap menawan. Sederhana namun penuh makna. Serta permainan gitar Piyu masih memukau. Fadli? Hehe…
Mahadewi resapkan nilainya…
Mahadewi tercipta untukkuPosted by wajahtakbernama at 11:42 AM 0 comments
Hati Nurani
“with great power comes great responsibilities”, itulah kata-kata yang diucapkan Paman Ben si Spidy untuk menyadarkan Spidy bahwa setiap orang punya tanggungjawab yang besarnya berbeda-beda tergantung “power” yang dimilikinya. Power it bermacam-macam. Kekuasaan, kedudukan, kekayaan, dan senjata. Yup! Kalo si Spidy punya “power” berupa ketahanan fisik, merayap dan bergelantungan seperti laba-laba, aparat TNI-AL punya “power” senjata. Bedanya, kalo Spidy memanfaatkan powernya untuk menolong orang lain, ironisnya marinir-marinir ini malah menyerang warga Alas Tlogo, Pasuruan dengan membabi-buta.
Kekuasaan cenderung berbanding terbalik dengan hati nurani. Semakin besar kekuasaan, atau kedudukan, atau power apapun yang dimiliki, semakin pudar kemampuan kita mendengar hati nurani. Saat kita hendak berbuat salah atau pelanggaran, hati nurani berbisik mencegah kita berbuat hal-hal buruk. Namun dengan kecongkakan kita dan kekuasaan yang dipegang, manusia sering tergoda untuk mengabaikannya. Sekali, dua kali, dan berkali-kali manusia mengabaikan bisikan nurani. Hingga manusia tuli. Namun hati nurani tak pernah berhenti berbisik, mencegah manusia berbuat kerusakan. Hati nurani tak pernah berhenti mengingatkan manusia, karena hati nurani tak pernah hilang, tak pernah mati selama jantung kita masih berdetak.
Posted by wajahtakbernama at 11:40 AM 0 comments
Saturday, June 2, 2007
Smallville Part 1
Apa yang menarik dari Smallville selain melihat sosok Lana? Well, banyak. Nampaknya hidup
Kupikir, alangkah menyenangkan seandainya aku punya superpower layaknya
Lana. Bagiku ia merupakan tokoh sentral dalam kisah ini. Tanpa dia, Smallville would be a plain story. Lana –
Lex Luthor. The devil. Aku mencoba untuk tidak menganggapnya sebagai penjahat karena aku memahami bagaimana karakternya berkembang. Bagiku, dia hanyalah tokoh yang kesepian, tokoh yang sebenarnya pantas dikasihani. What makes him what he is is just a relief of his past and the people around him. Dalam beberapa hal dia mirip Lana. Dia mengalami krisis kepercayaan yang luar biasa, dia tak mengerti kenapa
Aku yakin Lex tidak benar-benar mencintai Lana. Lana hanyalah sebuah kompetisi bagi Lex. Lex selalu iri pada Clark, selalu ingin memiliki apa yang dimiliki
Di season 6, aku suka episode-episode awal di mana ada Green Arrow (the Modern Robin Hood) a.k.a Oliver Queen. Wuah…, akhirnya
Posted by wajahtakbernama at 2:04 PM 0 comments